BREAKING NEWS
Search

GADIS KECIL ITU...



Siang yang masih sama.

Waktu yang masih sama.

Jam yang masih sama.

Menit yang sama juga.

Detik pun juga.

Siti mengetuk pintu rumah sambil memanggil-manggil nama seseorang yang selama ini selalu bersamanya. Tapi rasanya juga sama. Tak ada orang. Ia pun langsung masuk rumah, dilihatnya sepi tapi tetap saja dia masih memanggil-manggil ibunya.

“Mak...makkk..!!!” gadis itu berjalan masuk rumah, diangkatnya tempat nasi. kosong.

Mungkin ibunya tidak sempat memasak atau mungkin tidak ada yang bisa dimasak, batinnya.

Siti - gadis itu, langsung masuk kamar yang pada saat itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Siti memang masih kecil dan berumur 7 tahun yang hidup berdua bersama ibunya setelah ayahnya meninggal ketika ia berumur 5 bulan dan ibunyalah yang harus menjadi single parent untuk membesarkan Siti.
####

Siti yang sudah berganti baju keluar rumah, ia berjalan melewati rumah-rumah di sekitarnya menuju sebuah rumah yang kelihatannya sudah biasa di datanginya.

“ Assalaaamu’alai..kum” suara Siti yang masih polos bercampur lugu memanggil penghuni rumah.

Pintu terbuka.

Muncul seorang ibu yang membawa dua wadah yang langsung diberikan kepada Siti. Tanpa melihat isinya, Siti pun langsung membawa keduanya dengan kedua tangan.

“Bakso..bakso,” suara Siti terdengar sambil membawa dua wadah yang ternyata isinya bakso dan air untuk mencuci mangkok bekas bakso tersebut.

“Sitii...,” suara seorang ibu yang lagi berkumpul dengan keluarganya memanggil Siti sambil melambaikan kedua tangannya. Sitipun mendatangi mereka dan menuangkan bakso ke dalam empat mangkok yang dibawanya. Kelihatan lucu dan lugu ketika gadis itu menuangkan bakso dengan tangannya tapi terasa kasihan juga melihat seorang anak yang seharusnya bercanda ria, tertawa-tawa menikmati masa kecilnya, harus berjualan sehabis pulang sekolah dengan perut yang lapar pula.

“Enak?” kata Siti ketika temannya yang sedang bermain membeli baksonya.

Siti tiada sekali merasakan baksonya, ia takut dimarahin pemiliknya karena baksonya habis, soalnya ia pernah ditipu seseorang yang memanfaatkan keluguannya sehingga ia tidak dapat untung.

Selain itu, ia juga malu ketika disekolah dijauhi temen-temennya.

“Iya, Siti malu... Temen-temen nggak mau duduk bareng Siti karena Siti jualan bakso,” jawab Siti ketika ditanyai.
Siti masih berjalan mengitari kampung menenteng jualannya dan sesekali duduk di emperan rumah orang untuk mengistirahatkan kaki dan kedua tangannya. Lelah dan capek mungkin yang dirasakannya.

Empat jam berlalu.

Siti mengembalikan bakso kepada pemiliknya. Ia pun pergi setelah pemilik bakso tersebut memberinya upah dua ribu rupiah. Kecil mungkin, tapi Siti kelihatan cukup puas karena tidak setiap hari ia bisa mendapatkan uang. Terkadang dengan tangan hampa.

Sehabis itu Siti pun menuju ke rumah yang kelihatannya bukan rumahnya sendiri.

“Tok tok tok... Ibu, Siti minta kangkungnya ya?” ujar Siti yang tidak melupakan nasihat ibunya untuk izin terlebih dahulu ketika meminta sesuatu.

“Ya, Siti sering meminta kangkung, soalnya saya juga kasihan padanya yang anak yatim, jadi saya sering bilang kepada Siti untuk mengambil kangkung kapanpun sesukanya kalau ia mau,” cerita seorang ibu yang mengiyakan Siti menceburkan diri mengambil kangkung diladangnya.

“Kadang ibunya memanggilnya ketika Siti nonton tv terlalu lama dirumah saya,” ibu itu melanjutkan.
####

Imah –ibu Siti- membawa cangkul menuju sawah. Ia harus mencangkul sawah itu sebelum tandur dan akan mendapatkan upah dua puluh ribu rupiah ketika pekerjaannya selesai. Tapi terkadang sang pemilik akan memberikannya upah setelah sawah itu dipanen.

Imah yang berusia 47 tahun terkadang merasa sedih ketika Siti meminta uang padanya sedangkan ia tidak mempunyai uang.

“Saya sedih ketika Siti minta uang dan saya tidak mempunya uang,” Imah bercerita.

Dan terkadang Siti pun bertanya kepada ibunya kenapa ia tidak memiliki bapak.

“Ya, Siti juga pernah menanyakan bapaknya dan saya bilang bahwa Siti tidak punya bapak, bapak Siti sudah tidak ada, jadi Siti harus banyak-banyak mendoakan bapak Siti,” lanjut ibu Siti.
####

Rumah itu kelihatan tua dan atapnya terlihat ada yang bolong dan dipastikan bocor ketika turun hujan.

Hari itu Siti ingin sekali makan kangkung jadi ia meminta kepada ibunya untuk memasakkan kangkung untuknya. Sitipun sibuk memotong kangkung, terlihat sudah terbiasa memotong-motong kangkung tersebut dan sang ibu menyiapkan wajan untuk memasak kangkung yang baru tadi diambilnya.

Imah dan Siti pun makan sepiring dengan dicampur garam. Berdua.

“Mak...Siti kangen bapak,” ujar Siti disela-sela makannya.

“Sehabis makan kita ke makam bapak, ya mak,” lanjut Siti yang melihat ibunya mengangguk tanda mengiyakan.

Imah dan anaknya, Siti, menuju ke makam sehabis berganti baju dan berkerudung. Terlihat makamnya berbeda tidak ada bangunan seperti makam-makam lain. Hanya ada pohon kecil yang menandai bahwa disitu ada suaminya yang meninggalkannya dengan anaknya, Siti.

“Amin... amin.. ,“ jawab Siti disamping ibunya yang sedang berdo’a di makam bapaknya.

Dan Siti pun pergi meninggalkan makam bapaknya bersama ibunya.

“Siti kepengen punya baju baru, tas baru dan buku baru...soalnya punya Siti sudah pada rusak,” ujar Siti dengan suara lugu khas sifat kekanak-kanakannya ketika ditanya seseorang apa yang ia inginkan.
####

“......Semoga tuhan memberikan...jalan......” suara lagu mengakhiri kisah Siti dan Salman pun mengganti tv-nya ke channel yang lain.

Mungkin tak hanya dia yang kesusahan, batinnya.

Penulis: M. Jamil, Mahasiswa SEBI


TAG

nanomag

Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum | Progresif, Beramal Ilmy, Ilmu Amaly


0 thoughts on “GADIS KECIL ITU...

    Terimakasih atas kunjungan anda....