Perkembangan ilmu di
masa sekarang sangat revolusionis, banyak kajian dan lahirnya teori-teori baru
dalam hazanah keilmuan dunia, merambah dari sains, teknologi, falasafah,
politik, ekonomi, bahkan agama. Perkembang biakannya_pun makin sulit disaring,
namun sayangnya perkembangan ilmu tersebut
dominan berkiblat kepada pemikir-pemikir barat yang cenderung liberal.
Islam sendiri sebgai
agama intelektual seakan-akan telah terbawa arus perkiblatan tersebut,
banyaknya ulama-ulama liberal zaman sekarang cenderung berpikir ala Charles
Darwin, Adam Smits, Max Weber dan mengesampingkan pemikiran ulama Islam seperti
Khuarizmi, Ibnu Kholdun, Ibnu Sina, Imam Ghozali dan ulama besar lain yang berpengaruh dalam kejayaan islam, transrujukan
pemikiran ini akan menimbulkan penyelewengan prespektif yang mengakar keras
sebagai penyebab munculnya faham yang tidak diketahui dasar keshohihan aqidah
syariatnya.
Peran UIN sebagai
pencetak genarasi ulama modern indonesia diharapkan memahami paradigma
tersebut, apa sikap yang mereka pilih untuk menyisir rimba pemikiran
orang-orang barat?, apakah Mahasiswa susuan UIN ini akan mempertahankan
pemikiran sesepuh ulama terdahulu?, atau malah bersikap masa bodoh?
Untuk membendung
pemikiran liberal radikal dan tak bertauhid ini, rujukan keilmuan UIN_pun harus
segera dirombak dan difilterisasi secara sungguh-sungguh, mulai menyusun
ulang pemikiran dasar yang dipastikan harus berkiblat kepada ideologi
keislaman, hal ini bertujuan sebagai pembekalan serta penjagaaan generasi UIN
sebagai benih harapan sesepuh Ulama kita terdahulu.
Harapan guru-guru
besar terhadap generasi ulama baru yang beridiologi islam secara murni selalu
ditunggu nafasnya di era hedonisme ini, tak hanya sebagai pemurnian
idiologi islam namun juga sebagai jantung baru dunia untuk hidup
sebagaimana tujuan Nabi Muhammad SAW, yaitu Rohamtan lil alamin.
Faza
Ciputat,
09-September-2014
Terimakasih atas kunjungan anda....