BREAKING NEWS
Search

Padamu, “Taman Ilmu”: Seonggok Cinta yang Disia-siakan

Gedung Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jawa Tengah.
Oleh: Lyl Innafiah (IKAMARU SEMARANG)
Hal yang paling sulit ketika menulis adalah memulai kalimat pertama. Kemudian pertanyaan muncul: apa yang akan saya goreskan pada pembuka tulisan ini? Karena ini menyangkut tentang sesuatu yang sesuatu sekali (begitu kata Syahrini). 

Hampir mirip perihal-hal pribadi atau privasi, yang seharusnya tidak saya bagi-bagi. Mungkin ini sesuatu yang sifatnya personal bagi saya, tapi saya akan merasa berdosa jika hanya tak simpan dalam dada. Hanya saya takut bakal sakitnya tuh di sini dan di sana (mungkin akan begitu kelanjutannya). Maka saya memutuskan “sesuatu” itu harus dibebaskan dari kesakralannya. 

“Sesuatu” yang selalu menjadi trending topic dalam alam pikiran saya. Lho? Jangan heran karena otakku itu sudah seperti pasar swalayan. Para bapak syaraf dan ibu sel itu saling berkelindan, berinteraksi bahkan bertransaksi untuk menemukan eksistensi diri. Dan mereka selalu terpantik bereaksi ketika mengendus kata itu: Raudlatul Ulum.

Hatiku selalu berdesir ketika menangkap aura Raudlatul Ulum yang dikandung dalam bermacam-macam singkatan: YPRU, IKAMARU, ISRU, PPPRU, dan –RU –RU yang lain (bukan sa-RU lho ya). Seperti ada sinyal yang bisa menjangkau jika nama itu disebut-sebut dan bergulir dari mulut orang, bahkan mulutku sendiri. Entah apa artinya, entah bagaimana maksudnya, jika kueja RU itu seperti kata Rindu.

Definisi rindu disini tidak bisa kubilang dengan angka berapa, tak bisa kukalkulasikan dengan matematika, tak bisa diukur dengan logika. Rindu ya rindu saja, cinta ya cinta saja. Rasa yang menyesak itu nyaris menggelegak dan membuatku mati rasa. Seperti rindu pada kekasih yang bertahun tak berjumpa Bisa saja. Bisa saja aku mendefinisikan rindu itu sedemikian rupa, tapi esensinya tetap sama: rindu dan cinta. –Ah aku ini ada-ada saja.

Aku tengah berpikir keras untuk menuliskan sesuatu perihal “si taman ilmu” pada catatan ini. Namun sayangnya kapasitas otakku seperti overload menampung memori sekian tera yang berebut mau dijadikan topik berita. Karena aku tiba-tiba amnesia dengan kenangan-kenangan yang hanya terekam di batas ingatan saja. Jejakku sudah demikian terendam jika tak kukorek-korek lebih dalam. Padahal kesempatan yang kupunya saat itu, cuma 1 dekade kurang 4 tahun mencicipi si taman ilmu. Mungkin kurang. Aku bahkan merasa hanya sekedar mampir icip-icip pucuk kembangnya saja. Manis asem asin pait getir cemplang, demikian rasanya.

Apa yang bisa kutulis tentang si taman ilmu yang isinya macam-macam bak gado-gado rasa nano-nano itu. Akhir-akhir ini beberapa kali kulirik postingan-postingan dan komentar kawan-kawan lama di sosial media (bahkan sudah lupa aku nama aslinya). Sepertinya bukan aku saja yang menyimpan rindu tiada tara, cinta tak terkira pada “si dia”. Tapi aku curiga, bisa jadi cinta yang tak terbalaskan itu akan jadi semacam candu yang memabukkan bagi penderitanya (lebay amat ini kata-kata).

Eh taman ilmu, apa kabarmu disana, lama tak berjumpa. Terakhir dengar berita (yang seringkali aku ketinggalan wartanya) kau semakin gagah saja, dan semakin menggila kukira. Orang-orang pun akan dibuat klepek-klepek jatuh cinta karena kau semakin keren tiada bandingnya. Ah apik nian itu nama. Kadang kau membumi dengan cacing-cacing kesakitan, kadang pula membumbung anggun di atas awan.

Entah benar atau hanya rumor kelakar, kata orang auramu selalu memancar sampai ke titik manapun kami berpijak. Kharisma yang tak bisa dialing-alingi oleh cover apapun. Radar yang kau pancarkan cukup kuat, bahkan ketika kita yang dipisahkan waktu dan jarak. Kamu masih disana, bertengger kukuh membusung angkuh. Sampai terkadang kau lupa menyapa tanah. Mungkin kesanku seperti itu-- seperti dulu, ketika pertama kali kita bertemu sekitar 10 tahun yang lalu. Seingatku aku masih unyu-unyu waktu itu. Aku yang belum pintar membaca, belum pandai bicara. Tapi kamu masih RindU yang sama.

Lalu waktu melesat seperti kilat. Seperti sudah habis jatahku di-ghoshob oleh waktu, bahkan semenjak 4 tahun lalu. Setelah kau kalungkan tanda perpisahan itu. Sementara aku tak pernah kembali untuk intens bertemu denganmu, hanya bertamu sesekali waktu. Empat tahun yang lupa darimana aku berada, dari mana aku lahir kemudian ada, darimana aku belajar abata. Empat tahun aku amnesia. Empat tahun aku terhadapmu, tuli dan buta. Empat tahun seperti anak yang lupa siapa bapaknya.

Sejenak kadang aku tak bisa move on pada moment-moment tertentu itu. Sel-sel kenangan yang tiba-tiba aktif buat aku bisu dan tak mampu berucap ini itu. Ada saat-saat dimana aku hanya bisa membolak-balik album, kalender, seragam, buku, dan apapun yang terkoneksi pada wujudmu. Dan aku tak tahu perasaan macam apa itu. Belum bisa terdeteksi oleh ilmu manthiq, karena ia lumpuh oleh logika. Datang dan pergi macam iblis. Lalu bisa tiba-tiba aku alpa lagi, terkubur dengan rutinitas yang menghelakan aku lupa diri. 

Pada akhirnya, aku tak tau lagi mau bicara apa. Jangan suruh untuk kuceritakan tarikh-ku yang berhamburan itu, aku tak akan sanggup merangkainya. Terlalu ruwet tanpa kaidah yang shohih. Kerana dasarnya aku tak menguasai balaghoh, nahwu shorof atau cabang ilmu apapun itu secara mumpuni, jadi yang kutulis tidak ada bobotnya. Cuma tumpahan rasa yang disia-siakan (kasihan nian ini orang). Silahkan ditafsirkan atau diterjemahkan atau boleh cuma disyakal saja. Jika tak ada yang keberatan, cuma itu yang mampu aku sampaikan. Suara batinku yang melanjutkan endingnya: “taman ilmu” itu sudah mengalir dalam darah, menyesap pada urat-urat nadi, menyusup tanpa ampun. Membungkus cerita-cerita yang tak bisa dibahasakan, kecuali dengan nada cinta yang mendalam. Ya, mungkin aku terlampau berlebihan. Tapi rasa yang tak kasat mata itu sudah kadung bersemayam dalam diam. Mencari muaranya, mencari akarnya. Lalu binasa.



_Bumi Allah, 30 Maret 2015



nanomag

Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum | Progresif, Beramal Ilmy, Ilmu Amaly


0 thoughts on “Padamu, “Taman Ilmu”: Seonggok Cinta yang Disia-siakan

    Terimakasih atas kunjungan anda....