Hampir
semua stasiun televisi gencar memberitakan banjir yang melanda Daerah Istimewa
(DKI) Jakarta. Berbagai macam angle disuguhkan kepada penonton di seantero
negeri. Hal itu mungkin sangat
bermanfaat bagi para penonton, agar tergugah rasa solidaritasnya, dan akhirnya
menuntun untuk turut meringankan beban para korban bencana. Namun, sangat
disayangkan, ada beberapa stasiun televisi yang terkesan berlebihan dalam
memberitakan bencana banjir tersebut.
Seperti
salah satu stasiun televisi yang selalu memberitakan masalah banjir Jakarta
dengan take line “Jakarta akan
tenggelam”. Memang, secara sepintas kalimat itu tidak terlalu bermasalah,
“Jakarta akan tenggelam” tidak ada yang salah dengan kalimat ini jika melihat
realitas yang ada. Setiap hari hujuan terus mengguyur, penampungan (waduk,
sungai, bendungan, dll) tidak menampung air hujan, yang secara otomatis akan
mengakibatkan air masuk ke pemukiman warga dan mengakibatkan banjir.
Namun,
bagaimana perasaan para korban yang menyasikkan berita tersebut. Tentunya
perasaan ketakutan mencekam setiap korban, dan manambah beban pikiran mereka.
“Jakarta akan tenggelam” sungguh kalimat yang sangat menyiksa para korban
banjir Jakarta. Seharusnya stasiun televisi memikirkan dampak dari
pemberitaannya. Memang tidak bisa dipungkiri, jika segala sesuatu itu melekat
sisi positif dan negatifnya.
Selain
pemberitaan yang bisa dibilang terlalu lebay, kini perekonomian Jakarta tengah kocar-kacir,
dilansir dari METRO TV, Minggu (20/1), sembako naik drastis
di tegah prahara musibah Jakarta. Seperti mie yang melonjak menjadi Rp5000,-
per bungkus. Mungkin hal ini sangat menguntungkan bagi para penjual sembako,
tapi sangat menyiksa bagi para koraban bencana yang tengah dirundung derita.
Ketua
Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla sangat menyesalkan keadaan seperti ini
(melpnjaknya harga sembako). Mungkin tidak hanya Jusuf Kalla yang
menyesalkannya, setiap orang yang berpikir waras mungkin juga tidak terima
dengan keadaan seperti ini.
Benar
adanya, jika dikatakan, penjual berhak menjual barang dagangannya sesuai dengan
keinginan mereka, atau dengan kata lain, mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya. Tapi alngkah lebih baiknya, saat ini semua pihak membuka
mata akan banjir yang tengah menjamah wilayah Jakarta. Sudah saatnya memikirkan
sebab apa yang mengakibatkan banjir ini, dan hal apa yang musti dibenahi.
Tidak
harus membebankan semuanya ke pemerintah, semua yang mempunyai hati nurani
seharusnya juga turut serta dan berpartisipasi dalam penanganan banjir Jakarta.
Karena adanya banjir karena ulah manusia sendiri, yang mungkin kurang menjaga
dan merawat lingkungan. Sudah saatnya Indonesia bermuhasabah, apa
akibatnya dan bagaimana cara menanggulanginya. Semaoga semua lini bekerjasama
menciptakan lingkungan yang kondusif dan terhindar dari bencana dan bahaya.
Begitu
pula media yang ada, jangan melebih-lebihkan dalam memberitakan, beritakan yang
sudah menjadi fakta. Jangan mengada-ada berita, karena implikasi berita sangat
berbahaya bagi keadaan yang ada
Ibil
Ar-Rambany
Terimakasih atas kunjungan anda....