BREAKING NEWS
Search

SI PENGHALANG CINTA SUCI



Allah menciptakan cinta kepada semua makhluk-Nya. Naluri saling mencintai dan ingin dicintai sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini. Semua manusia bebas mencintai setiap orang, baik sejenis atau lawan jenis, baik muda mencintai tua atau sebaliknya. Intinya, Allah memberi ruang kebebasan kepada setiap manusia untuk mencintai sesama.
Begitu pula masalah seks,  karena seks sendiri sudahmenjadi  kebutuhan primer, seperti halnya makan. Jika salah satu kebutuhan primer tidak terpenuhi, mungkin bisa dipastikan kehidupan manusia akan terganggu.

Begitu indahnya Islam, dalam agama Islam masalah ini telah dibahas tuntas dan diatur dalam prosedur pernikahan. Jadi, meskipun seks adalah sebuah kebutuhan primer, kita tidak boleh sewenang-wenang dalam memenuhinya. Islam tidak hanya mengatur maslah seks belaka, semua persoalan yang mengelilingi manusia, semuanya telah diatur, seperti rel yang menuntun kereta api sampai ketujuannya.

Kembali ke masalah pernikahan, Nabi Muhammad sendiri pernah bersabda masalah wanita yang baik di nikahi, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wa salalam, beliau bersabda: “Wanita itu dinikahi karena empat perkara; [1] karena harta bendanya, [2] karena keturunannya, [3] karena kecantikannya, dan [4] karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, maka kamu akan beruntung.” Hadis ini diriwayatkan oleh: Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darami.

Sebagaimana kita ketahui dari hadis di atas, pada akhir perkataan nabi tersebut, umat Islam ketika memilih Isteri dianjurkan untuk meprioritaskan agamanya terlebih dahulu. Mungkin maksud nabi sendiri, wanita yang pandai akan ilmu agama paham betul hak dan kewajibannya dalam mengarungi bahtera berumah tangga.

Namun yang menjadi pertanyaan dalam lubuk hati saya –jika melihat kenyataan di desa saya sendiri--, kenapa pernikahan musti terhenti atau bahkan gagal karena hanya sekadar hitungan weton yang tidak pas. Misalnya begini, ada cowok-cowek yang slaing mencintai, ketika mereka berdua telah sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih sungguh-sungguh (menikah) mereka akan bilang kepada orang tua masing-masing. Kemudian, --adat di desa saya—orang tua dari masing-masing akan datang ke rumah sesepuh desa, dengan maksud menanyakan kecocokan di antara keduanya.

Sesepuh desa tersebut secara otomatis akan menghitung kecocokan weton calon kedua mempelai. Dihitunglah weton keduanya, jika memang cocok, maka pernikahan bisa dilangsungkan. Tapi, ketika wetonnya dianggap tidak cocok, bisa dipastikan pernikahan akan gagal. Dengan alasan yang mungkin tidak bisa dimasukkan ke nalar pikiran. Bisa dikatakan pula, nikah atau gagalnya suatu pernikahan tergantung sesepuh desa yang telah dipercaya.

Kebetulan, sesepuh desa itu adalah kakek saya –dari kakek--, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan bagus ini. Saya menanyakan kepada kakek saya, kenapa musti digagalkan pernikahannya, jika hitungan weton dianggap tidak pas. Sambil ngelinting rokok kakek saya mengatakan, “Lha,,,, itu sudah dari leluhur, jika adat ini dilanggar akan terjadi bencana. Lihat saja cung, tetangga sebelah, yang menikah kemarin. Belum seminggu menikah keduanya sudah tewas secara bersamaan. Ya... karena mereka memang wetonnya tidak cocok,” kata kakaek saya.

Memang benar, saya menjadi saksi hidup apa yang dikatakan kakek saya. Tetangga saya meninggal setelah beberapa hari pernikahannya. Kata orang desa saya, kematiannya disebabkan karena ketidakcocokan weton di antara kedua mempelai. Saya memutar otak berkali-kali. Apakah benar yang dikatakan kakek dan warga desa saya? Bukankah kematian itu telah digariskan oleh yang Kuasa?

Mungkin karena kepercayaan yang telah melekat, suatu kematian yang digariskan oleh Allah dianggap hukuman karena tidak mematuhi tradisi penghitungan weton. Menurut saya pribadi, weton sangat mengganggu stabilitas percintaan umat manusia.

Sebanarnya saya tidak begitu percaya dengan weton, namun apa boleh buat, fakta yang terjadi di desa saya seperti itu. Jika melanggar weton mendapat bencana, dan hal ini berulang kali saya lihat dengan mata kepala saya. Selain kematian, banyak rumah tangga yang putus di tengah jalan karena hitungan weton, ada juga yang terus-terusan dirundung musibah, dan lain sebagainya.

Saya sempat diajari kakek saya, bagaimana mencari wanita yang baik, selain empat kriteria yang telah disebutkan oleh nabi tadi, kakek menambah satu, yaitu harus menanyakan wetonnya terlebih dahulu. Sebuah hal yang lucu menurut saya, bagaimana tidak, jika saya menuruti apa yang dikatakan kakek, berarti mau tidak mau saya harus menyelidiki weton wanita yang saya cintai, dan akhirnya mugkin akan kecawa jika weton wanita yang saya cintai tidak pas degan weton saya. namun, alhamdulillah, hingga saat ini saya masih bingung antara percaya dan tidak percaya. Dalam keluarga saya sendiri, lima elemen itu harus terpenuhi, jika ingin melangsungkan pernikahan.

Setahu saya, dalam Islam tidak pernah membahas masalah weton. Bahkan sampai melarang pernikahan yang hitungan wetonnya tidak pas. Samapai saat ini, adat istiadat weton di desa saya masih dipakai dan diamalkan. Yang lebih anehnya lagi, orang yang dianggap ahli dalam bidang agama, juga masih mendukung dan mempertahankan adat yang menurutku perlu dihapus dari peradaban ini.

Hal ini mungkin saja tidak hanya terjadi di desa saya, kemungkinan semua desa yang masih melekat adatkejawennya mudah ditemuai hal seperti ini. Saya sadar, jika berkoar untuk merubah adat ini, kemungkinan saya akan terasingkan di desa saya sendiri, bahkan kemungkinan di keluarga saya sendiri. Namun sejujurnya, saya sangat kasihan melihat mereka yang gagal menikah gara-gara weton. Sejujurnya, saya takut jika hal ini menimpa saya, semoga wanita yang kelak saya cintai pas dengan weton saya, dan adat weton di desa saya lekas terhapuskan, agar semua warga bebas untuk menentuka pilihan pendamping hidupnya. Amin.

Ibil Ar-Rambany


TAG

nanomag

Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum | Progresif, Beramal Ilmy, Ilmu Amaly


1 thought on “SI PENGHALANG CINTA SUCI

    1. syirik kecil itu brow.. melenceng dari agama. contohnya.. ada yang meninggal di kaitkan / sebab weton. itu sudah sangat melenceng,,, hancurkan weton.. selama itu tidak menyalahi agama gak papa. lha itu wes kenemenen wong biyen2 seng kolot gak kenek di bantah.. mbantah malah di omeng entek entek an.. nok nggonku malah nemen brow! ge opo disekolahno duwor2, supoyo dadi wong ngerti endi seng bener endi seng salah,, tapi mencoba meluruskan seng wes kadung menggok malah di sentak gak karuan.. gak kenek di elengno.. masio kiya jowo yo podo ae... mboh!! ewohe wong urep nok jowo. dadi wong jowo ngenessss!!!!!!!!!!!

      BalasHapus

    Terimakasih atas kunjungan anda....