Konsep mulur mungkret (mengendor dan mengerut) disampaikan Ki Ageng Suryomentaram (KAS) dalam upaya untuk memahami keinginan manusia. Setiap manusia (normal) pasti memiliki keinginan, keinginan yang selalu bertambah-tambah, sesuai dengan ‘nature’ manusia yang tidak pernah puas. Sebaliknya jika keinginannya tidak tercapai, seringkali manusia menurunkan target keinginannya.
Contohnya, orang yang ingin memiliki kendaraan. Semula ingin memiliki sepeda motor, jika sudah tercapai ingin memiliki mobil sederhana, sudah tercapai, ingin memiliki mobil yang lebih bagus, ingin memiliki lebih dari satu mobil, dan seterusnya. Ini adalah keinginan yang ‘mulur‘ (mengendor)
Sebaliknya, ketika seeorang memiliki keinginan yang tinggi, namun tidak segera tercapai (atau kemungkinan tercapainya, sangat kecil), maka yang (perlu) dilakukannya adalah menurunkan keinginannya itu menjadi lebih rendah. Misalnya, semula ingin isteri yang cantik dan pintar, diturunkan (mungkret-mengerut) menjadi, yang penting cantik, walau tidak pintar, atau yang penting pintar walaupun kurang cantik. Jika pintar dan cantik juga tidak mungkin, ya asal masih gadis. Jika ini tidak tercapai, ya… janda pun tidak apa-apa, asal belum punya anak.
Jika mau mengikuti falsafah mulur-mungkret ini, maka manusia akan dapat lebih menikmati hidup. Selalu termotivasi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, tetapi juga tidak stress jika ternyata cita-cita (keinginan) semula tidak dapat tercapai. Namun, perlu disadari dan dimengerti bahwa yang memiliki keinginan, cita-cita, yang tidak puas dengan yang telah dicapai, adalah aku kramadangsa (AK), bukan aku tukang nyawang (ATN), sehingga sebenarnya yang merasakan puas atau tidak puas, yang keinginannya mulur-mungkret adalah AK, dan ATN mengamati, melihat saja. Kesadaran bahwa hanya AK yang punya keinginan/cita-cita, yang keinginannya mulur atau mungkret, akan membantu manusia memiliki pengendalian diri yang lebih baik dalam mengelola keinginan/cita-cita hidup.
Catatan: sebenarnya kata ‘mulur‘ tidak begitu pas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia ‘mengendor’, sebab kendor, bahasa Jawanya adalah ‘kendho‘. Mulur dalam bahasa Jawa, artinya kendor, untuk benda misalnya karet, yang bisa memanjang dan memendek, atau per pegas yang bisa merenggang dan mengerut. Karet yang memanjang, per yang merenggang, itu dalam bahasa Jawa disebut ‘mulur‘. Kata ‘waktunya molor’, itu dalam bahasa Jawa disebut juga ‘wektune mulur‘ .
Ibil Ar-Rambany
Terimakasih atas kunjungan anda....