Banyak orang
yang beranggapan, bahwa menulis merupakan hal yang sulit. Tak jarang pula orang
sering berpendapat, menuangkan ide ke dalam rangkaian kata membutuhkan banyak
disiplin ilmu, sehingga membebani psikis seseorang yang akan memulai menulis.
Sering
kali, orang-orang di sekitar kita takut untuk menulis lantaran tak memunyai ide
untuk dituliskan. Masalah inilah yang sering dialami oleh penulis pemula. Dalam
buku Menembus Koran karya Mas Bram,
telah dijelaskan tiga cara dalam mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
membubuhkan kata “menulis, menulis, dan menulis,” sebanyak mungkin hingga ide
tersebut kembali muncul.Cara selanjutnya dengan menutup laptop, kemudian meninggalkannya sembari mencari inspirasi dimanapun tempatnya. Selanjutnya, cara ketiga dengan membaca buku sebagai bahan referensi untuk mengembalikan ide yang hilang.
Pada dasarnya, menulis tidak perlu didasari dengan adanya bakat, namun lebih ke niat atau kemauan. Bakat bisa diasah seiring berjalannya waktu. Jika diibaratkan dengan pisau, semakin sering diasah maka semakin tajam pisau tersebut. Begitu pula dengan menulis, semakin sering seseorang menulis, maka semakin tajam dan bagus pula tulisannya.
Tak banyak orang menyadari, macet di tengah jalan saat menulis atau tak punya ide untuk dituliskan diakibatkan oleh intensitas baca yang minim. Dengan membaca, pembendaharaan kata semakin bertambah. Hal inilah yang mempermudah seorang penulis dalam merangkai kalimat yang apik.
Tak jarang
pula, kesibukan menjadi alasan bagi seseorang untuk tidak menulis. Padahal
seorang akademisi, seperti Kommaruddin
Hidayat yang jauh lebih sibuk masih bisa meluangkan waktu untuk menulis. Bahkan
tulisannya dimuat di beberapa media massa. Lalu, kita yang banyak waktu luangnya
ini apakah masih enggan untuk menulis?
Ilham Saiful Rizal




















Terimakasih atas kunjungan anda....