Resensi Buku : Spiritualitas Politik
Pengrang :
Dr. PAULINUS YAN OLLA. MSF
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2014
Tebal : 181 halaman
Politik itu
kotor. Istilah tersebut sering kali terdengar. Bukan hanya
menjadi sebuah slogan, namun hal itu terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Pada
dasarnya politik itu suci, tetapi orang-orang yang melakukan politik itulah
yang kotor atau bisa
disebut politicking. Demikian yang disampaikan Mgr. I. Suharyo dalam sambutannya
pada buku Spiritualitas Politik: Kesucian Politik dalam
Perspektif Kristiani.
Buku yang ditulis oleh DR. Paulinus Yan Olla, MSF, ini diterbitkan ketika rakyat Indonesia
kehilangan kepercayaan
terhadap lembaga-lembaga politik dan pemerintah. Mereka menganggap moral dan
mentalitas para pelaku di dalamnya lemah. Ketika itu, Indonesia dilanda
berbagai krisis moral dan kesucian politik nampak seperti omong kosong.
Saat itu, kualitas para wakil rakyat dinilai sangat buruk. Keraguan
rakyat muncul ketika mereka banyak menyaksikan wakil rakyat sibuk memperjuangkan kepentingan
dirinya sendiri dibandingkan kepentingan umum. Korupsi menyebar di berbagai lini
kehidupan negara.
Penegakan hukum pun tidak berjalan adil. Hal
inilah yang membuat banyak orang menghindari dunia politik.
Dalam buku ini diceritakan bagaimana orang-orang gereja
yang dulunya menghindari politik, kemudian mulai memahami politik itu bukan hal
yang kotor. Awalnya orang kristiani menjadi kaum minoritas di antara kaum Yahudi. Mereka sempat mengalami
penganiayaan, namun
akhirnya bisa menjadi bagian dari kerajaan. Ketika menjadi bagian di kerajaan lah, mereka mulai
beranggapan bahwa sebenarnya politik itu bukan hal yang negatif.
Paulinus
Yan Olla juga menyajikan pemikiran-pemikiran spiritualitas politik Kristiani
dan hubungan gereja dengan politik. Spiritualitas politik sendiri merupakan
sebuah wacana yang tergolong baru dalam teologi Katolik (Kristiani). Ia
berkaitan dengan aspek-aspek kerohanian yang dihayati di ruang sosial-politik.
Spiritualitas
politik merupakan wacana yang melibatkan agama dan politik. Kata
“Spiritualitas” dipahami dalam tradisi Kristiani berkaitan dengan kata “Roh” (Latin:
Spiritus) atau Allah. Spiritualitas merujuk pada pengalaman hidup rohani.
Ia menyangkut kehadiran Allah yang dialami orang beriman.
Dalam karya
ini, kata spiritualitas politik merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan bagaimana penghayatan kehidupan rohani dan relasinya dengan dunia sosial-politik.
Konsep spiritualitas ini, menunjuk paham agama-agama, khususnya kristian,
tentang relasi manusia dengan Allah.
Selain itu,
dalam buku terbitan 2013 ini, Paulinus membahas tentang lambannya kesadaran
manusia memahami nilai politik sebagai jalan menuju kesucian. Berabad-abad umat
Kristiani terbelenggu dalam pikiran negatif tentang dunia politik, sampai pada
akhirnya mereka menemukan nilai positif
politik seperti yang disebutkan dalam Alkitab.
Karya ini
juga memaparkan paham spiritualitas Katolik Kristiani yang telah diwujudkan
secara berbeda-beda dalam bidang
sosial-politik publik. Politik tidak terpisah dari iman tetapi justru
menjadi panggilan untuk memberi kesaksian kasih Kristiani di ranah publik.
Di
tengah-tengah kenyataan praktik bermain politik yang salah dan merugikan
kebaikan serta kepentingan bersama, dan ditengah-tengah yang disebut Paus
Benediktus XVI sebagai penumpulan etis yang merebak, Paulinus menawarkan
inspirasi yang menarik. Seandainya etika politik dijalankan, pelan-pelan
cita-cita untuk membangun keesejahteraan sosial seluruh rakyat Indonesia akan
tercapai.
Meski buku
ini ditulis oleh Pastor Katolik, tapi dapat dibaca oleh penganut agama lain,
terutama orang-orang yang mencintai dunia politik. Hal ini, seperti yang
diungkapkan penulis, bahwa politik itu sejatinya untuk kepentingan umum, bukan
sebagai aspek perebutan kekuasaan.
Nur Lailatun Ni'mah
Terimakasih atas kunjungan anda....