![]() |
Anggota Ikamaru Jakarta sedang mengaji kitab Ta'limul Muta'alim, Sabtu (12/09). |
Demi menjaga dan
melestarikan budaya keilmuan pesantren, Ikatan Alumni Madrasah Raudlatul Ulum
(Ikamaru) Jakarta menggelar pengajian kitab kuning setiap hari. Hal ini dirasa
perlu lantaran di kampus tak diajarkan pengajian kitab kuning dengan model
pembelajaran ala pesantren.
Menurut
koordinator kajian, Ahmad Chabib Ainul Muharror, sudah seminggu ini Ikamaru
Jakarta mengaji kitab Tafsir Yasin, Ta’limul
Muta’alim, Imrithy dan Kailany. “Khusus
untuk Kitab Ta’limul Muta’alim, pengajian
dilaksanakan setiap ba’da salat maghrib di Basecamp Ikamaru Jakarta. “Alhamdulillah
sejauh ini banyak anggota yang ikut mengaji,” tambahnya, Sabtu (12/09).
“Di kampus,
anggota Ikamaru Jakarta mungkin mempelajari beberapa kitab kuning. Namun,
sistem pembelajarannya sedikit berbeda dengan gaya pengajaran di pesantren.
Maka, kami membuat terobosan menggunakan sistem bandongan semi diskusi. Dengan
demikian, semua santri tak hanya mendengarkan dan lebih aktif,” jelas Chabib.
Selain mengaji
kitab kuning, lanjut Chabib, pengurus juga akan mengadakan pelatihan
jurnalistik. “Semua anggota Ikamaru Jakarta harus bisa menulis, supaya tidak
hilang dari pusaran sejarah,” katanya sambil terkekeh.
Seminggu mengaji
terasa sudah manfaatnya. Seperti yang diungkapkan Anggota Istimewa Ikamaru
Jakarta (AIIJ; anggota yang bukan alumni Pesantren Raudlatul Ulum), Aminuddin,
baginya pengajian tersebut semakin membuat dirinya mengerti dan memahami kitab
kuning. “Saya sama sekali tak pernah hidup di pesantren dan belajar kitab-kitab
seperti ini (kitab kuning), alhamdulillah setelah bergabung dengan Ikamaru
Jakarta, saya sedikit tahu dan semakin lancar membaca Alquran atau tulisan Arab
gundul,” ungkapnya.
Saat berita ini
diterbitkan, anggota Ikamaru, baik putra atau putri, tengah khidmat mengaji
kitab Ta’limul Muta’alim.
Anis Sanjaya
Terimakasih atas kunjungan anda....