“Kalamuhum
lafdun mufidu musnadu # Wakilmatul lafdu mufidu mufrodu....” arek-arek Ikamaru Jakarta
bersemangat setengah berteriak melafalkan nadham Imrithy di Basecamp Ikamaru. Semangatnya
bak tentara yang tengah menyanyikan yel-yel kemenangan.
Setengah jam
sebelumnya, lafal tahlil dan lantunan Albarzanzi mengawali kegiatan Kamisan ikatan alumni Pesantren
Raudlatul Ulum Pati itu. Kini, setelah melaksanakan jama’ah maghrib, semua duduk
khidmat memerhatikan Ust. Poer yang tengah menarikan spidol pada white board yang tak putih lagi.
Sesekali mereka guyonan sembari
menunggu Ust. Poer memenuhi papan tulis dengan beberapa bait Imrithy.
“Ayo
bersama-sama dibaca,” Ujar pemuda nahdliyin yang lebih sering disapa Gus Poer
daripada Ustadz Poer. Sentak, seisi ruangan membaca tulisan Arab yang
terpampang di white board. Beberpa saat
kemudian, Gus Poer memaknai kata perkata dengan bahasa Jawa dan menerangkan
dengan gayanya yang khas dan mudah dimengerti.
Begitulah
kurang lebih gambaran Pengajian Kamisan bertema “Ikamaru Jakarta Meruwat Ilmu
Alat”, yang baru kali pertama digelar di Basecamp Ikamaru Jakarta. Meski seharian
menimba ilmu di kampus serta tahlilan
dan berjanjenan mengiringi matahari
kembali ke peraduan, tak satu pun arek-arek Ikamaru Jakarta yang
menampakkan raut bosan menyimak penjelasan Gus Poer. Sebaliknya, mereka seakan
haus ilmu, seperti hausnya para Sahabat yang mengarungi gurun pasir gersang.
Ilmu Alat
(disiplin ilmu untuk memaknai dan memahami literatur berbahasa Arab), bagi arek-arek Ikamaru, perlu dipelajari,
dipahami dan dikuasai sebagai dasar untuk memelajari Alquran, hadis dan
kitab-kitab kuning. “Nahwu dan Sharaf adalah dua disiplin ilmu yang harus
dikuasai kaum bersarung. (minimal) Dengan menguasai keduanya, kita bisa membaca
literatur berbahasa Arab. Tentunya Alquran yang menjadi pedoman umat Islam,”
terang Gus Poer.
“Ikamaru
Jakarta atau Ikamaru dimanapun berada harus selalu merawat apa yang telah diajarkan
di pesantren dulu. Alhamdulillah, hingga saat ini anak-anak Ikamaru Jakarta
semangat dalam menjaga nilai-nilai santri. Inilah yang membanggakan dan
(mungkin) harapan para Yai (Kiai) yang telah mengajarkan berbagai hal,” jelas
Gus Poer.
Di tengah
gemuruh knalpot pengendara motor yang lalu lalang melewati Basecamp Ikamaru
Jakarta, Ketua Ikamaru Jakarta yang paling fenomenal, Sugeng Riyadi
mengungkapkan bangganya. “Alhamdulillah tsumma
alhamdulillah yang senantiasa saya ucapakan tatkala melihat semua anggota tampak
bergairah dalam belajar seperti ini. Semoga hal-hal seperti ini terus berlanjut
hingga kiamat,” tambahnya.
Selain itu,
menurut Jembit, sapaan akrab Riyadi, pengurus Ikamaru Jakarta juga akan
menggelar pengajian kitab Tafsir Yasin
di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta minimal seminggu sekali. Baginya, hal
itu adalah langkah konkrit dalam menjaga dan mengaplikasikan apa yang telah
didapat dari pesantren dulu.
“Saya punya
mimpi, jika Formaci, LS-ADI, dan lembaga lainnya memunyai ciri khas tersendiri,
suatu saat nanti jika Ikamaru Jakarta terdengar di telinga orang, maka yang ada
di benak meraka adalah sebuah lembaga yang getol mengkaji keilmuan pesantren.
Semoga Allah senantiasa menjaga semnagat kawan-kawan dalam mengabdi kepada
kiai,” pungkas Jembit.
Nur Lailatun
Ni’mah
Terimakasih atas kunjungan anda....